Ketika Manusia dan Air Rebutan Lahan. - Mbah Daur -->

Ketika Manusia dan Air Rebutan Lahan.

Monday, February 23, 2015

Ketika Manusia dan Air Rebutan Lahan.

Ketika Manusia dan Air Rebutan Lahan.

Memasuki pekan pertama bulan februari,masyarakat indonesia terutama wilayah jakarta,tangerang dan sekitarnya dikejutkan dengan datangnya hujan yang turun hingga beberapa hari secara terus menerus,dengan intensitas rendah,sedang bahkan tinggi dan mungkin kejadian ini masih akan terus berulang sampai penghujung bulan februari 2015.

Seperti biasa ketika intensitas hujan semakin meningkat maka problema klasik yang muncul adalah genangan air bahkan sampai kepada tahap banjir yang menggenangi jalan raya,perkampungan,perkantoran,perumahan bahkan sampai istana negara pun tak luput dari terjangan banjir tersebut.

Tidak hanya warga miskin yang merasakan akibat dari luapan air tersebut,para konglongmerat yang tinggal di kota-kota besar dengan perumahan serba elite nya pun terimbas banjir,mulai dari macet dimana-mana,sampai menyebabkan segala sendi aktifitas menjadi lumpuh karenanya.

Manusia penyebab banjir.

Banjir yang terjadi ini bukan semata kesalahan alam,itulah kesimpulan yang pertama saya ambil ketika memperhatikan fenomena banjir di indonesia terutama jakarta dan sekitarnya,yang paling saya soroti adalah terjadinya perebutan lahan antara manusia dengan air.mengapa saya katakan banjir yang kerap melanda ibukota dan sekitarnya karena disebabkan perebutan lahan...?

Sifat air adalah selalu bergerak dari dataran tinggi ke wilayah yang lebih rendah,serta air selalu mengisi tempat yang kosong,nah dari sifat air yang sedemikian rupa maka ketika terjadi hujan,air akan mencari daerah resapan,kemudian setelah area-area daratan sudah tidak lagi bisa meresapkan air tersebut kedalam tanah maka selanjutnya air akan mengalir dari yang lebih tinggi ke wilayah yang lebih rendah.

Wilayah ibukota jakarta dan juga wilayah-wilayah lainya sudah jarang sekali terdapat area yang bisa berfungsi menjadi daerah resapan,karena ulah manusianya yang berlomba-lomba memanfaatkan area kosong tersebut untuk segala keperluan manusia itu sendiri tanpa memikirkan jatah alam,area kosong dimanfaatkan untuk perumahan,bantaran kali disulap menjadi perumahan,waduk,kolam dan pesawahan ramai-ramai di timbun untuk komersialisasi,belum lagi pembangunan infrastruktur yang mengacuhkan resapan air dan aliran air,maka jika itu terus menerus terjadi tunggulah saatnya banjir bukan menjadi tragedi tapi menjadi tradisi.

Mengatasi banjir atau mencegah banjir.

Sebuah pertanyaan yang acapkali simpang siur kita dapatkan pada masa sekarang,masyarakat dan pemerintah bahu membahu hanya untuk mengatasi banjir,bukan bahu membahu untuk menanggulangi banjir. Padahal yang dibutuhkan bukan mengatasi banjir,lah mbok sampek kapan banjir tidak bisa di atasi,kalau bikin tambah ke atas banjirnya malah memungkinkan,wong banir itu bukan karena niat air itu kok,karena ada kesempatan, eh maksud saya karena air itu mencari haknya untuk diresap oleh tanah,karena area resapanya di ambil paksa oleh manusia,ya dia membanjiri manusia.

Masyarakat dan pemerintah sebaiknya mencari solusi untuk mencegah banjir itu selalu datang kembali,pengerukan sungai,pembersihan bantaran kali dari perumahan liar,pengadaan taman-taman yang bisa menjadi resapan air,waduk,kolam,sistem drainase serta infrastruktur yang ramah lingkungan adalah beberapa cara yang masih memungkinkan bagi manusia untuk mencegah banjir selalu datang,ohya ada lagi,pembalakan hutan secara brutal juga menjadi faktor penyebab banjir lho,perlu juga dipikirkan itu.
Ketika Manusia dan Air Rebutan Lahan.
Ketika Manusia dan Air Rebutan Lahan.


Air.....
Jika sedikit bisa menjadi kawan...

Jika besar bisa menjadi lawan...
bm

Terkadang informasi yang bermanfaat tidak mengenal waktu kapan di baca dan siapa yang membacanya,terlebih berita dan informasi daur ulang.