Sang Penakluk Copet dari Solo.
![]() |
Sang Penakluk Copet dari Solo. |
Terminal tirtonadi yang berada di solo tepatnya kecamatan
banjarsari ini tidak ubahnya dengan terminal-terminal bus linya di kota-kota
seluruh indonesia terkait dengan keberadaan pencurian uang alias pencopetan.
Kita semua tentu sudah faham dengan duni kriminal satu
ini,dimana ada kerumunan massa tentu rawan dengan adanya tangan-tangan lihai
nan terlatih ala pencopet tersebut,tetapi kini kita sedikit lega wabil khusus
untuk pengguna terminal tirtonadi.
Ya terminal tirtonadi kini sudah mulai minim kriminalitas
pencopetan,setelah banyak para pencopet yang tertangkap tangan oleh
petugas-petugas pengamanan terminal,salahsatu yang kondang sebagi penakluk
copet adalah muhailil.
Muhailil dan pencopet.
![]() |
Sang Penakluk Copet dari Solo. |
Muhailil Umurnya sudah 50-an tahun dan sudah 22 tahun
bekerja sebagai petugas honorer harian lepas di Tirtonadi. Muhailil sejak awal
diketahui memiliki kemampuan agama yang lebih memadai dibanding yang
lain-lainnya. Karena itulah dia kemudian ditempatkan sebagai petugas yang
bertanggung jawab pada kebersihan masjid dan menjadi imam shalat wajib di
masjid terminal.
ustru dari penempatan itulah Muhailil pertama kali
bersentuhan dengan para pencopet. Dia sering melihat copet menggerayangi tas
milik penumpang yang sedang singgah untuk salat di masjid. Lama-lama dia bisa
memahami dan hapal dengan gerak-gerik copet yang hendak maupun sedang
beroperasi.
Dia akan menguntit orang-orang yang dicurigainya dan sejauh pengalamannya, orang yang menunjukkan perilaku khusus itu memang akan berbuat jahat. Untuk menjamin kenyamanan penumpang, akhirnya Muhailil memberanikan diri melawan aksi para pencopet. Dia menangkap pencopet-pencopet itu lalu diserahkan kepada polisi di pos jaga terminal paling sibuk di Jateng tersebut.
Mengetahui seringnya Muhailil menangkap copet, pimpinan pengelola terminal akhirnya memutuskan memindahkan lelaki santun berperawakan kecil tersebut ke bagian keamanan dan ketertiban. Di bagian inilah Muhailil semakin sering berhadapan dengan para pelaku kriminal tersebut. Muhailil menghitung sejak bertugas di terminal selama 22 tahun, dia sudah 311 kali menangkap copet.
"Biasanya mereka beraksi berkelompok empat hingga lima orang. Kadang ya terpaksa harus berkelahi dengan mereka kalau memergoki mereka sedang beraksi. Seringkali juga dapat ancaman, tapi ya tidak apa-apa. Saya hitung sudah 311 kali menangkap pencopet. Untuk itu saya harus sering bolak-balik ke pengadilan untuk menjadi saksi persidangan. Rasanya, kantor saya ini ada dua, di terminal dan di pengadilan," ujar Muhailil.
Dia akan menguntit orang-orang yang dicurigainya dan sejauh pengalamannya, orang yang menunjukkan perilaku khusus itu memang akan berbuat jahat. Untuk menjamin kenyamanan penumpang, akhirnya Muhailil memberanikan diri melawan aksi para pencopet. Dia menangkap pencopet-pencopet itu lalu diserahkan kepada polisi di pos jaga terminal paling sibuk di Jateng tersebut.
Mengetahui seringnya Muhailil menangkap copet, pimpinan pengelola terminal akhirnya memutuskan memindahkan lelaki santun berperawakan kecil tersebut ke bagian keamanan dan ketertiban. Di bagian inilah Muhailil semakin sering berhadapan dengan para pelaku kriminal tersebut. Muhailil menghitung sejak bertugas di terminal selama 22 tahun, dia sudah 311 kali menangkap copet.
"Biasanya mereka beraksi berkelompok empat hingga lima orang. Kadang ya terpaksa harus berkelahi dengan mereka kalau memergoki mereka sedang beraksi. Seringkali juga dapat ancaman, tapi ya tidak apa-apa. Saya hitung sudah 311 kali menangkap pencopet. Untuk itu saya harus sering bolak-balik ke pengadilan untuk menjadi saksi persidangan. Rasanya, kantor saya ini ada dua, di terminal dan di pengadilan," ujar Muhailil.
Muhailil yang tak kunjung jadi PNS.
Nasib kepegawaian seorang muhailil memang tak sebanding
dengan jasa dan kebaikanya,bila diterminal beliau dikenal dengan sosok yang
agamis,karismatik,dan banyak jasa membantu memberantas copet,tetapi kondisi ini
seperti mebutakan mata pemimpin negeri ini,karena sampai saat ini beliau masih
tercatat sebagai tenaga honorer.
Menjadi tenaga honorer mungkin bukanlah akhir dari
segalanya,tetapi jika menilik kinerja dan kedisplinan seorang muhailil sungguh
ironi jika pemerintah indonesia belum mengganjar beliau dengan status yang lebih
baik,misalnya PNS.
"Dia salah satu petugas andalan kami. Dia orang yang tulus bekerja dan bahkan seringkali harus bertaruh keselamatannya demi menjamin keamanan para penumpang di terminal," ujarnya.