Waspada penyakit TBC pada Anak.
TBC menyerang orang dewasa atau orang yang sudah tua sudah
biasa dan umum terjadi,tetapi apakah orang dewasa dan orang tua saja yang rawan
terjangkit virus TBC tersebut,,? Ternyata tidak,…kenyataan yang terjadi saat
ini banyak sekali anak anak bahkan balita yang sudah terjangkit penyakit
berbahaya tersebut, ya TBC menyerang tidak pandang bulu.
TBC memang menyerang siapa saja tanpa pandang bulu,tidak
hanya laki laki,perempuan pun juga,tidak hanya orang dewasa dan orang tua
tetapi anak anak bahkan BALITA pun ikut terserang penyakit berbahaya ini,maka
tidak ada salahnya kita musti waspada dan ekstra hati hati agar kita dan juga
anak anak kita terbebas dari TBC yang berbahaya tersebut.
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, penyakit TBC pada anak
tidak menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru.
Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa,
kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas.
Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya
terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru.
Gejala TBC sendiri tidak serta-merta muncul. Pada saat-saat
awal, 4-8 minggu setelah infeksi, bisa jadi anak hanya demam sedikit. Beberapa
bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit.
Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang
gairah, dan berat badan turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di
leher, sementara di paru-paru muncul gambaran vlek.
Pada saat itu, kemungkinannya ada dua, apakah akan muncul
gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Ini tergantung
kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan tubuhnya bagus), TBC-nya tidak
muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul,
bukan di paru-paru lagi, melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini
yang berbahaya dan butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Riwayat Penyakit TBC
Penyebab TBC adalah kuman TBC
(mycobacterium
tuberculosis). Sebetulnya, untuk mendeteksi bakteri TBC (dewasa) tidak
begitu sulit. Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak
langsung dengan mikroskop atau dibiakkan dulu di media. Yang sulit adalah
mendeteksi penyakit TBC pada anak, karena tidak mengeluarkan kuman pada
dahaknya dan gejalanya sedikit, sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk
mendiagnosis anak TBC sedini mungkin.
Yang harus dicermati pada saat diagnosis penyakit TBC pada
anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada riwayat kontak anak dengan pasien TBC
dewasa. Kalau ini ada, dapat dipastikan anak positif TBC. Gejala-gejala lain
untuk diagnosa penyakit TBC pada anak antara lain:
- · Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi BCG sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang.
- · Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan setiap bulan berkurang.
- · Demam lama atau berulang tanpa sebab. Gejala ini sebenarnya jarang terjadi. Kalaupun ada, setelah diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.
- · Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi. Kalau tidak ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga kemungkinan anak terkena TBC.
- · Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga bisa ditengarai sebagai kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang sudah jarang adalah adanya pembesaran kelenjar di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.
- · Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan yang khas.
Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan
tuberkulin (Mantoux Test, MT) dan foto. Pada anak normal, Mantoux Test positif
jika hasilnya lebih dari 10 mm. Tetapi, pada anak yang gizinya kurang, meskipun
ada TBC, hasilnya biasanya negatif, karena tidak memberikan reaksi terhadap MT.
Jika minimal tiga dari gejala di atas positif, dokter
biasanya mencurigai anak kena penyakit TBC, meski belum tentu TBC, karena bukti
lain tidak ada. Anak biasanya akan diberi obat anti-TBC selama 2-3 bulan dan
dilihat perkembangannya. Kalau membaik, misalnya berat badannya bertambah,
napsu makan bertambah, atau jadi jarang sakit, dokter biasanya yakin bahwa anak
positif TBC. Setelah itu, diteruskan dengan pengobatan untuk mencegah jangan
sampai TBC kambuh lagi atau berkembang menjadi penyakit TBC yang lebih parah.
Akan tetapi, seandainya kondisi anak masih buruk setelah 3
bulan diberi obat anti-TBC, kemungkinannya ada dua, yaitu anak negatif TBC atau
adanya multi-drugs resistance TBC (MDR TBC/kebal terhadap obat-obatan). MDR ini
yang sekarang menjadi masalah. Penyebabnya biasanya karena penderita TBC dewasa tidak
teratur minum obat. Begitu agak enakan, lalu menghentikan minum obat, dan
sebagainya. Akibatnya, kuman jadi kebal terhadap obat. Nah, jika ini menular ke
anak-anak, juga akan membuat anak-anak tersebut mengidap MDR TBC.
Jika ini yang terjadi, si kecil sebaiknya dirujuk ke RS atau
dokter spesialis untuk melakukan pengamatan yang lebih intensif. Dalam beberapa
tahun terakhir, sudah mulai tampak tendensi peningkatan MDR berbarengan dengan
banyaknya kasus TBC dewasa. Ditambah lagi maraknya kasus HIV-AIDS, yang membuat
daya tahan tubuh turun, sehingga TBC mudah menyerang. Belum lagi faktor sosial
dan gizi yang menambah kendala penanganan penyakit TBC pada anak.
Sumber :